AMERIKA PENGGANAS DUNIA ISRAEL DALANG DISEBALIK KEGANASAN

بسم الله الر حمن الر حيم


                                            
                                  PERTAHANAN ISRAEL

                              a-five-days-air-defence-exercise-in-israel
          saudi-arabia-gives-israel-clear-skies-to-attack-iranian-nuke-sites

Keangkuhan Amerika semakin jelas dengan kenyataan yang dikeluarkan President Barrack Obama dalam menangani pengelibatan ketenteraan di Libya memang sudah diduga dan dasar itu berterusan dalam memantau  kepentingannya di kawasan persekitarannya .
Muammar Gadaffi yang memang terkenal dengan kecerdasan minda dalam memimpin negara  dan kecekalan mempertahankan dasar kepentingan negaranya sejak dulu amat dicemburui kepemimpinan dunia dan dalam waktu yang sama beliau juga tidak mampu kekal  dengan kemewahan serta kegairahan hingga telah berubah wajah mendekati semula dunia barat dan menjalinkan  persahabatan   yang akhirnya mengheret musibah dalam negaranya sendiri.
Dasar Libya kebelakangan yang mula menjauhi permusuhan dengan barat dan mula akur dengan saranan PBB  , tidak lagi mempengaruhi minda  kepemimpinan barat dan PBB ,  malah ruang itu memudahkan penyuluhan dilakukan keatas sistem pertahanan dan kekuatan yang dimiliki negaranya termasuk perkembangan politik dalaman . Kini semua tinggal mimpi ngeri yang menunggu kehancuran sebuah negara yang berdaulat . Suara PBB hanya retorik dan kuasa Veto meminggirkan ketetapan dan saranan PBB , malah mendahului tindakan tanpa memikirkan kemusnahan dan kematian awam serta dasar penjajahan melalui keganasan.
Amerika dengan sekutunya bertambah teruja untuk menghambat kepemimpinan Libya tanpa memikirkan kesan ketenteraan dan perkembangan semula negara itu , sebagaimana terjadi keatas Iraq dan Afghanistan  yang hingga kini masih terumbang ambing dalam membina semua pembangunan dan mengekalkan keamanan disekitarnya .
Demi kepentingan sekutu barat , tanpa melihat saranan negara negara berdaulat lain mereka bebas merealisasikan tujahan untuk terus menjajah sebuah negara secara paksa ( keganasan ) dengan meminggirkan hak hak kebebasan sebuah negara dan kemanusiaan yang sering mereka laung laungkan  tentang sistem demokrasi yang kini hanya tinggal mimpi ngeri dan kemusnahan yang berpanjangan.
Dasar mencabuli kedaualatan sebuah negara lain dan mempengaruhi kepemimpinannya  memang sejak dulu telah menjadi sinonim . Peperangan adalah wadah yang diperjuangkan  demi mengembangkan jajaran sempadan pembangunan dan kepentingan kawalan ekonomi dunia .
Dasar ini akan berterusan dan hanya peperangan dan kemusnahan serta kematian yang dahsyat saja memungkinkan suatu perbincangan dimeja rundingan. Tentunya kekentalan dan kekuatan minda Muammar Gaddafi tidak seperti Saddam Hussein , sesuatu yang memeranjatkan dunia pasti akan berlaku dalam senario ketenteraan dikawasan Blok Arab ini , Lebih menakutkan lagi kerana tindakan ketenteraan ini dianggap sebagai peperangan antara agama dan tentu ianya akan menggamit simpati serta melebarluaskan jurang peradaban kemanusiaan . Kemenangan belum tentu pasti , kemusnahan akan tetap menanti , keamanan belum tentu bisa dikompromi , kematian nyawa akan berselerakan serata pelusuk kota tanpa mengira lokasi ujudnya persempadanan dunia .
Keganasan dan pengganas makin terserlah ..Amerika adalah dalang semua keganasan dan penjualan sistem ketenteraan mendatangkan keuntungan yang lumayan dan berpanjangan . Jesteru itu semua negara perlu mengukuhkan sistem pertahanan dengan kajian untuk membangunkan industri yang menguntungkan dan bolih disandarkan untuk mengimbangi keganasan yang diujudkan.
Peperangan  tidak akan ada penghujungnya . Kekuatan ketenteraan tetap menguasai minda kepemimpinan dalam apajua bentuk , demi menegakkan kekuasaan dan pemerintahan negara yang berdaulat.

                   LIHAT DISINI
 
Libya: Barack Obama strongly defends US military action
President Barack Obama has offered a moral justification for the coalition military campaign in Libya, saying it had averted a massacre of Col Gaddafi's opponents, as he answered critics at home who have questioned the reasons and goals of the mission.

By Alex Spillius in Washington 1:50AM BST 29 Mar 2011
In a nationally televised address the US president said that allowing the Libyan leader's forces to enter the rebel-held city of Benghazi would have "stained the conscience of the world", and resulted in a massacre that would have offered a green light to other dictators in the regions to commit violence against their peoples.
"In the past, we had seen him hang civilians in the streets, and kill over a thousand people in a single day," he said.
Saying that the US and its allies have "stopped Gaddafi's deadly advance", he said that although crisis in Libya was not a direct threat, it was in America's broader interests to take action.
"It is true that America cannot use our military wherever repression occurs," he said. "And given the costs and risks of intervention, we must always measure our interests against the need for action. But that cannot be an argument for never acting on behalf of what's right. In this particular country - Libya - at this particular moment, we were faced with the prospect of violence on a horrific scale. We had a unique ability to stop that violence."
He continued: "As President, I refused to wait for the images of slaughter and mass graves before taking action."
In explaining his decision to a domestic audience that veers between scepticism and lack of interest, Mr Obama laid out the clearest account to date of his criteria for intervening in foreign lands.
He said that the US had overreached in Iraq and "that is not something we can afford to repeat in Libya".
The US, he added, was ready to take swift action but in concert with major allies and with the blessing of international institutions such as the United Nations, which approved air strikes on Libyan government forces in resolution 1973.
In doing so, he set a standard for intervention that may be called to account when other crises erupt in countries such as Syria, Bahrain or Iran but where multilateral action would be more complicated.
The president stressed that the US was handing over leadership of the Libyan campaign to Nato, though he failed to mention that US hardware and personnel are likely to dominate for some time.
Critics are likely to point to his failure to suggest an exit strategy, beyond repeating the White House line that it would not actively target Gaddafi and warning that his departure may not happen soon.

LAYARI LAMAN DIBAWAH INI ISU TENTANG PERKEMBANGAN LIBYA.

Comments

Popular posts from this blog

JUSTLY SHARING

Penggemar seni suara merbuk /perkutut Thailand/Siam

ASAS BERTIKTOK